Bencana Tsunami Paling Berbahaya Sepanjang Sejarah

Tsunami berarti “gelombang pelabuhan besar” dalam bahasa Jepang. Tsunami adalah salah satu kekuatan alam paling dahsyat dan dahsyat di Bumi, yang mampu membentang ribuan kilometer persegi di permukaan laut dan bergerak lebih cepat dari 800 kilometer per jam. Penyebabnya adalah gangguan pada massa air, seperti letusan gunung berapi bawah laut, gempa bumi, atau tanah longsor, memicu tsunami.

Tsunami adalah salah satu peristiwa alam paling dahsyat dan dahsyat di Bumi, yang mampu menghancurkan seluruh pulau dan masyarakat dalam hitungan menit. Berikut adalah ulasan tentang bencana tsunami terbesar yang pernah ada di dunia versi sibatugm. https://meliapurosaniyogyakarta.com/

Gelombang Tsunami Terbesar Di Dunia

Pada tanggal 10 Juli 1958, gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter terjadi di Sesar Fairweather di Alaska tenggara. Gempa bumi ini menyebabkan perubahan geologi yang signifikan di wilayah tersebut, termasuk daerah yang mengalami pengangkatan dan penurunan. Gempa bumi ini juga menyebabkan longsoran batu di Teluk Lituya yang menghasilkan gelombang dengan ketinggian maksimum 1.720 kaki – tsunami terbesar yang pernah tercatat di dunia.

Dampak Gelombang Tsunami Teluk Lituya

Gelombang tersebut menghantam dengan kekuatan yang sangat dahsyat sehingga menyapu bersih seluruh daratan yang memisahkan Gilbert Inlet dari badan utama Teluk Lituya. Gelombang tersebut kemudian berlanjut ke seluruh Teluk Lituya, melewati La Chaussee Spit dan ke Teluk Alaska. Teluk Lituya merupakan teluk pasang surut yang digerus es di pantai timur laut Teluk Alaska. Panjangnya sekitar tujuh mil (11,3 kilometer) dan lebarnya mencapai dua mil (3,2 kilometer). Kedalaman maksimumnya sekitar 720 kaki (219 meter), tetapi ambang sedalam hanya 32 kaki (9,7 meter) memisahkannya dari Teluk Alaska antara La Chaussee Spit dan Harbor Point.

Total lima orang tewas dalam peristiwa tersebut: tiga orang tewas di Pulau Khantaak di muara Teluk Yakutat ketika pantai tempat mereka berdiri turun 100 kaki di bawah permukaan laut; dua orang lainnya tewas ketika perahu mereka tenggelam oleh tsunami di Teluk Lituya. Dua perahu lainnya juga berlabuh di teluk itu malam itu; keempat orang tersebut berhasil melewati gelombang tersebut. Dua orang diselamatkan dari sebuah perahu karet setelah perahu mereka tenggelam, yang lainnya berhasil mengemudikan perahu keluar dari teluk dengan tenaga mereka sendiri, tetapi dengan risiko yang besar, karena air terus berputar tak terduga, dan dipenuhi dengan jutaan batang pohon yang telah tercabut dari tepian.

Bahaya Tsunami

Meskipun tsunami tidak sering berjalan dan lebih dari satu besar berukuran kecil dan juga hanya mengakibatkan sedikit kerusakan, tsunami merupakan ancaman besar bagi masyarakat pesisir. Tsunami kebanyakan mengakibatkan rusaknya dan korban paling kritis di dekat sumbernya.

Tsunami dengan ketinggian lebih dari satu meter (3,28 kaki) terlalu beresiko bagi manusia dan harta benda, tetapi tsunami yang lebih kecil juga bisa berbahaya. Arus yang kuat bisa melukai dan menenggelamkan perenang dan juga merusak dan menghancurkan perahu dan infrastruktur di pelabuhan.

Ketinggian tsunami dan dampaknya di lokasi pesisir khusus dipengaruhi oleh batimetri dan topografi setempat dan juga arah datangnya tsunami. Daerah dataran rendah seperti pantai, teluk, laguna, pelabuhan, muara sungai, dan tempat di sepanjang sungai dan anak sungai yang menuju ke laut adalah yang paling rentan.

Tsunami besar melanda dengan kemampuan yang luar biasa dan merupakan ancaman penting pada kesegaran manusia, properti dan infrastruktur pesisir, sumber energi pesisir, dan ekonomi pesisir, regional, dan apalagi nasional.

Baca Juga : BMKG pastikan distribusi peringatan tsunami

Sebagian besar rusaknya dan kehancuran akibat tsunami disebabkan oleh banjir, hantaman gelombang, erosi, arus kuat, dan puing-puing yang mengapung (misalnya, pohon, bangunan, kendaraan, dan benda-benda lain yang bisa bertindak seperti pendobrak). Air bisa mirip berbahayanya, jika tidak lebih berbahaya, dikarenakan air kembali ke laut, mempunyai dan juga puing-puing dan manusia.

Puing-puing di air terlalu beresiko sebagaimana dibuktikan oleh memar di tubuh banyak korban tsunami Samudra Hindia 2004.

Selain hilangnya nyawa dan cedera massal, efek potensial lainnya juga rusaknya dan penghancuran rumah dan bisnis, pelabuhan, sumber energi budaya, utilitas, dan infrastruktur dan juga sarana penting. Mungkin ada hilangnya akses ke sarana dasar seperti listrik, saluran pembuangan, dan air. Layanan komunikasi, transportasi (darat, udara, dan laut), dan kesegaran dan juga keselamatan publik kemungkinan terganggu.

Dampak dari tsunami lokal yang besar kemungkinan bakal berjalan sebagai tambahan pada efek dari gempa bumi sebelumnya, dan efek dari keduanya bisa mengakibatkan bahaya sekunder, yang kemungkinan lebih dahsyat daripada rusaknya langsung.

Gempa bumi dan tsunami bisa mengakibatkan kebakaran, kecelakaan transportasi, dan pelepasan bahan beresiko ke lingkungan, yang mencemari persediaan air dan mengancam kesegaran masyarakat. Dampak ini bisa tambah mempersulit evakuasi, respons, dan pemulihan.Gempa bumi dan tsunami juga bisa mengubah daratan, baik di atas maupun di bawah air. Di lebih dari satu tempat, daratan bisa naik, di tempat lain bisa turun. Jika pantai amblas (turun), banjir bisa meluas ke tempat yang tidak terduga dan penghalang tsunami bisa runtuh atau terlampaui. Longsor dan pergeseran dan juga pengendapan sedimen lainnya yang tentang bisa mengakibatkan jalan air tidak bisa dilayari.

Konsekuensi potensial lainnya juga perubahan permanen pada pantai dan fitur pesisir lainnya, hilangnya atau perubahan habitat satwa liar, dan perubahan mutu dan ketersediaan air tawar. Banjir oleh air asin, baik jangka pendek maupun panjang, bisa mengakibatkan lahan pertanian tidak berguna.

Kekuatan air, polutan dan zat beracun, sedimen, sampah laut, dan spesies invasif juga bisa merusak lahan pertanian dan sumber energi alam di pantai dan terlepas pantai. Perubahan pada sumber energi ini bisa pengaruhi sarana yang mereka memberikan (misalnya, biologis, ekologis, perlindungan, dan rekreasi).

BMKG pastikan distribusi peringatan tsunami

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan distribusi informasi peringatan dini tsunami kepada penduduk luas dilakukan bersama cepat, yakni kurang berasal dari tiga menit setelah gempa pertama terdeteksi.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono saat di konfirmasi berasal dari Ambon, Rabu, mengatakan bahwa informasi peringatan dini tsunami tersebut, selain cepat, terhitung sudah dapat menjangkau seluruh lapisan penduduk di Tanah Air.

BMKG bersama bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah menambah layanan informasi peringatan dini bencana yang berbasis televisi digital, setelah sebelumnya distribusi tersebut dilakukan melalui pesan singkat (SMS), jaringan radio, informasi berbasis internet hingga beraneka kanal media sosial..

Baca Juga : BMKG Ambon Pasang Alat Sensor

Selain gempa dan tsunami, layanan distribusi informasi peringatan dini berbasis televisi digital tersebut terhitung terlalu mungkin untuk bencana, seperti kebakaran hutan, kesibukan vulkanik, dan banjir atau hidrometeorologi lainnya.

“Cepat, dan sudah dapat diakses penduduk berasal dari seluruh kanal informasi yang tersedia tanpa pungutan ongkos dan real-time,” kata dia.

Daryono menegaskan bahwa setiap perihal bencana gempa dan berpotensi tsunami yang dipublikasikan ke penduduk itu punyai akurasi yang baik, gara-gara sudah melalui bagian diseminasi oleh para tim ahli BMKG yang bersiaga 24 jam di pusat monitoring InaTEWS Jakarta.

Sistem peringatan dini bencana tersebut sudah terintegrasi berasal dari pusat layanan informasi BMKG bersama kementerian atau lembaga perihal lainnya, seperti Badan Geologi Kementerian ESDM, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) ditingkat pusat maupun daerah.

BMKG berharap bersama ada peningkatan layanan distribusi informasi peringatan dini bencana yang cepat akurat tersebut, penduduk dapat lebih bersiap siaga dan terlalu mungkin untuk segera mengevakuasi diri ke tempat yang aman menghimpit potensi jatuhnya korban jiwa.

BMKG Ambon Pasang Alat Sensor Pendeteksi Gempa

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dapat meningkatkan alat sensor pendeteksi gempa di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).

Tahun ini kami ada rencana membangun shelter dan meningkatkan alat sensor pendeteksi gempa di Pulau Wetar, Kabupaten MBD, bersama bantuan pemerintah kabupaten yang telah memfasilitasi lahannya.

Ia mengatakan pemasangan sensor gempa tersebut merupakan salah satu upaya untuk memilih metode mitigasi bencana di Maluku.

“Alat tersebut berguna untuk menganalisis getaran gempa dengan hasil yang lebih cepat dan akurat,” katanya.

Pada 2023, pihaknya juga telah menempatkan tiga alat sensor pendeteksi gempa (seismograf) di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) dan Seram Bagian Barat (SBB) Provinsi Maluku.

Baca Juga : Tiga kecamatan di selatan berpotensi terdampak tsunami

Ketiga seismograf tersebut terpasang pada tahun 2023. Tahun 2023 di Kabupaten MBD dan SBB merupakan bagian dari 14 unit peralatan deteksi gempabumi yang terpasang di 11 kabupaten dan kota di Maluku.

Tercatat, perangkat sensor tersebut telah terpasang di Kota Ambon, Kairatu, Piru, Masohi, Siritaun, Obi, Olong, Banda, Namrole, Namlea, Saumlaki, Tual, Kepulauan Aru, dan Maluku Tenggara.

BMKG juga menempatkan peralatan penyebaran informasi gempabumi dan tsunami, yaitu Warning Receiver System (WRS) generasi terbaru sebagai proses peringatan dini terkait gempabumi yang terpantau secara tepat waktu.

Alat WRS generasi terbaru merupakan alat penerima informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dengan smart display. Keunggulan alat ini, katanya, informasi gempabumi bersifat real time, sehingga dapat memberikan informasi gempabumi lebih cepat.

Adanya proses pemantauan dan peringatan dini tsunami merupakan wujud kemajuan dan kesiapsiagaan Indonesia dalam upaya mencegah, atau setidaknya mengurangi dampak bahaya gempa bumi dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.

Djati memaparkan, alat tersebut dapat memperluas penyebaran informasi mengenai gempa bumi dan tsunami yang terjadi di wilayah NKRI, khususnya Provinsi Maluku.

Aplikasi WRS ini beroperasi secara otomatis saat PC dinyalakan dan beroperasi 24 jam, 7 hari seminggu, dan tidak boleh dimatikan.

Tiga kecamatan di selatan berpotensi terdampak tsunami

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat tiga kecamatan di lokasi selatan berpotensi terdampak tsunami bersama ketinggian air setinggi 18-26 meter ketika gempa bumi 8,7 magnitudo melanda pantai selatan Cianjur.

Kepala Pelaksana BPBD Cianjur Asep Kusmana Wijaya di Cianjur Jumat, menyatakan meski berpotensi namun pihaknya mengimbau warga di pesisir selatan supaya tidak panik dan senantiasa waspada segera mengungsi ketika memandang tanda alam dapat terjadinya bencana.

“Berdasarkan peta bahaya tsunami yang diperoleh berasal dari BMKG terkandung tiga lokasi yang berpotensi terdampak bencana tsunami, Kecamatan Cidaun, Sindangbarang dan Agrabinta dimana terkandung 18 desa, supaya warga diminta untuk waspada,” katanya.

Bahkan pihaknya udah memasang kira-kira 90 orang Relawan Tangguh Bencana (Retana) di sepanjang pesisir pantai selatan untuk jalankan pengawasan, pelaporan dan tindakan cepat bersama mengevakuasi warga ketika memandang tanda alam dapat terjadinya bencana alam tsunami.

Baca Artikel : Labuan Bajo Tak Lepas dari Bahaya Tsunami

Potensi bencana tsunami diprediksi sekiranya gempa bumi berkekuatan 8,7 magnitudo berlangsung di laut selatan Cianjur, bersama pengaruh luas bisa menyebabkan kerusakan seluruh pantai dan perkampungan warga, namun sejak jauh hari pihaknya udah jalankan bermacam upaya.

“Termasuk beri tambahan pelatihan dan kesiap siaga-an terhadap warga di sepanjang pesisir selatan berkaitan antisipasi dan penanganan cepat ketika berlangsung bencana juga jalankan evakuasi lewat jalan yang udah dipasang di tiap tiap kecamatan,” katanya.

Sejak beberapa tahun terakhir, jadi dia, pemerintah area lewat BPBD Cianjur, udah memasang rambu atau jalan evakuasi di sejumlah titik khususnya sepanjang bibir pantai selatan yang membentang di tiga kecamatan.

Bahkan simulasi bencana alam tsunami di ketiga lokasi selanjutnya kerap dikerjakan sebagai upaya antisipasi dan wujud kesiapan warga jauhi bencana alam, meski pihaknya menghendaki bencana alam juga tsunami tidak pernah terjadi.

“Namun ketika hal tidak di inginkan berlangsung sekurang-kurangnya warga udah siap untuk jalankan langkah juga mengungsi ke area yang dinilai aman berasal dari jangkauan tsunami,” katanya.

Pihaknya juga menegaskan alat peringatan tsunami yang dipasang BMKG di pantai selatan dapat berbunyi, supaya penduduk bisa segera mengevakuasi diri ke dataran yang lebih tinggi.

Sedangkan untuk alternatif lainnya, sekiranya alat peringatan tsunami mengalami kendala, maka Retana dan aparat setempat dapat beri tambahan peringatan lewat pengeras nada yang ada di masjid setempat.

Labuan Bajo Tak Lepas dari Bahaya Tsunami

Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur merupakan tidak benar satu destinasi wisata bahari paling baik di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperingatkan bahwa kawasan itu tak lepas dari bahaya tsunami.
Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Ahmad Rizki menjelaskan ada potensi bencana tsunami di sana. Maka dari itu kudu dilaksanakan pemetaan dini potensi bencana tsunami di destinasi pariwisata superprioritas tersebut.

“Potensi bencana di semua lokasi itu ada, termasuk di Manggarai Barat. Tetapi spesifik untuk Labuan Bajo, kita fokus di bencana tsunami, karena potensi itu ada,” kata Rizki didalam keterangan tertera yang diterima.

Baca Juga : Pakistandata | Informasi Penting Mengenai Negara Pakistan

Hal itu disampaikan Riski didalam sambutannya terhadap kegiatan pembukaan sosialisasi dan Focus Group Discussion (FGD) Penilaian Indeks Ketahanan Daerah, di Labuan Bajo, Rabu.

FGD itu dilaksanakan untuk sanggup jalankan pemetaan dini potensi bencana alam lebih-lebih tsunami di lokasi pesisir Manggarai Barat, termasuk Labuan Bajo. Sehingga perkembangan pariwisata Labuan Bajo sanggup terjaga keutuhannya dan terjaga dari bencana.

Semua orang mengerti bahwa sektor pariwisata di Manggarai Barat ini sungguh luar biasa. Sektor ini memiliki kekuatan yang sanggup mendongkrak peningkatan ekonomi. Jadi, sedini kemungkinan kudu kita jaga dari yang namanya bencana,” ujar Rizki.

Ia menjelaskan bencana alam sanggup memorak-porandakan keutuhan yang ada. Dampaknya sangat dahsyat, tidak hanya terhadap kehidupan sosial masyarakat tetapi termasuk terhadap sektor ekonomi.

Melalui FGD dengan tema ‘Pemetaan Risiko Bencana Tsunami Mendukung IDRIP’ ini, Rizki berujar, sanggup sedini kemungkinan jalankan pemetaan dan deteksi potensi kerugian akibat bencana.

Intip Kekuatan Sistem Peringatan Dini Jepang

Sampai saat ini, negara yang mampu mewujudkan potensi sistem peringatan dini secara maksimal dan menjadi pemimpin global dalam berinovasi, mengembangkan, dan menerapkan sistem peringatan dini yang efektif adalah Jepang.

Negara ini memelopori tiga dimensi keberhasilan penerapan sistem peringatan dini: teknologi, lembaga, dan keterlibatan masyarakat dalam berbagai skala dan tingkat.

Kemajuan teknologi untuk deteksi dini dan prakiraan bahaya secara tepat waktu telah mengalami revolusi dengan memanfaatkan superkomputer, satelit cuaca dan radar, serta sistem prakiraan cuaca (sistem Akuisisi Data Meteorologi Otomatis) yang secara otomatis mengirimkan data hidro-met dari 1.300 stasiun ke Badan Meteorologi Jepang. Aplikasi telepon pintar juga dibuat untuk membantu warga dalam membuat keputusan yang tepat.

Baca Juga : BMKG Siapkan Teknologi Peringatan Dini Gempa & Tsunami

Pada tahun 2015, untuk pertama kalinya di dunia, Jepang menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk memprediksi terjadinya topan dua minggu sebelumnya. Baru-baru ini, penggunaan “Fugaku” – superkomputer tercepat kedua dengan model prediksi 3D telah secara tepat memprediksi terjadinya hujan badai gerilya.

Meningkatnya penggunaan internet of things (sensor berkualitas tinggi yang dikembangkan secara lokal) dan kecerdasan buatan merevolusi keakuratan kejadian lokal untuk layanan hidro-met, gempa bumi, dan tsunami. Lembaga penelitian nasional Jepang, universitas, dan perusahaan swasta secara aktif melakukan penelitian dan pengembangan teknologi.

Mekanisme koordinasi yang kuat antara Badan Meteorologi Jepang, lembaga lokal dan regional (seperti departemen lokal dan prefektur) membantu memberikan peringatan yang tepat waktu, jelas, dan berwibawa dalam skala lokal. Sistem Peringatan Darurat ini memberdayakan koordinasi yang lancar antara otoritas dan masyarakat dengan memastikan evakuasi yang cepat dan memobilisasi sumber daya dengan cepat untuk penyebaran informasi ke departemen terkait.

Contoh penting adalah sistem berbasis satelit “J-Alert”, sistem peringatan dini nasional Jepang, yang memungkinkan otoritas untuk dengan cepat menyiarkan peringatan ke media lokal dan pusat-pusat komunitas.

Pendekatan Jepang dalam mengembangkan sistem peringatan dini yang berpusat pada masyarakat mendorong partisipasi lokal dengan menerapkan program BOSAI (kesiapsiagaan dan tanggap bencana) di tingkat lokal, regional, dan nasional untuk mengembangkan masyarakat yang tangguh. Platform Bosai Jepang yang inovatif adalah platform lintas industri yang memanfaatkan kemitraan publik-swasta-akademisi (dengan lebih dari 100 anggota dari berbagai industri) untuk mendukung pengurangan risiko bencana di Jepang.

Pengakuan politik atas penerapan sistem peringatan dini sebagai langkah adaptasi konkret diakui berdasarkan Undang-Undang Adaptasi Perubahan Iklim yang diberlakukan pada tahun 2018, yang tercermin dalam pembentukan 54 pusat adaptasi perubahan iklim lokal (LCCAC) di seluruh Jepang dan melibatkan sektor swasta dalam mempelopori kemajuan dan implementasi yang inovatif.

Dibandingkan dengan tahun 1950-60-an, pendekatan tersebut menghasilkan penurunan kematian sebesar 97% dan penurunan kerusakan ekonomi total sebesar 21% (sebagai bagian dari PDB) dari bencana alam pada tahun 2020 di Jepang. Negara ini memperluas dukungannya ke negara-negara berkembang.

Namun, penerapan universal dari teknologi dan praktik ini masih belum pasti karena variabilitas dalam konteks regional seperti lokasi, kondisi sosial ekonomi, dan kapasitas kelembagaan. Namun, negara lain dapat mencapai tingkat hasil yang sama jika mereka mengikuti prinsip-prinsip utama dari pengalaman Jepang.

Enam prinsip utama telah menjadi pusat keberhasilan Jepang
Pengakuan politik terhadap sistem peringatan dini sebagai tindakan adaptasi yang nyata.

  1. Pembinaan pengembangan teknologi canggih melalui kemitraan dengan sektor swasta, pusat penelitian, dan universitas.
  2. Menetapkan sistem peringatan yang tepat waktu, jelas, dan berwibawa.
  3. Keterlibatan pemangku kepentingan awal dan mekanisme koordinasi yang kuat telah tersedia.
  4. Memberikan dukungan untuk mengembangkan kapasitas lokal dan melaksanakan program pelatihan masyarakat secara berkala.
  5. Terakhir, menekankan pentingnya mengembangkan strategi untuk evaluasi sistematis dan tepat waktu terhadap efektivitas sistem peringatan dini.

Model implementasi sistem peringatan dini perintis Jepang menunjukkan manfaat nyata dari upaya adaptasi, dengan komitmen politik yang tegas, kemajuan teknologi, dan keterlibatan masyarakat yang aktif.

Pendekatan holistik Jepang terhadap sistem peringatan dini menjadi contoh cemerlang praktik terbaik untuk Prakarsa EWS4All yang tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga menawarkan harapan untuk masa depan yang tangguh.

BMKG Siapkan Teknologi Peringatan Dini Gempa & Tsunami

Indonesia yang terletak di wilayah cincin api Pasifik menghadapi risiko gempa bumi dan tsunami yang tinggi. Salah satu ancaman paling serius adalah gempa megathrust, yang dapat terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik di zona subduksi. Gempa megathrust memiliki potensi memicu tsunami besar, mengancam jutaan jiwa di wilayah pesisir. Sebagai respons terhadap ancaman ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus mengembangkan teknologi peringatan dini untuk meminimalkan dampak bencana.

BMKG menyadari pentingnya sistem peringatan dini yang cepat dan akurat. Untuk itu, mereka telah memasang jaringan seismograf, GPS, serta buoy dan tide gauge di berbagai lokasi rawan gempa dan tsunami. Teknologi ini memungkinkan deteksi pergerakan lempeng secara real-time, sehingga BMKG dapat mengeluarkan peringatan lebih cepat ketika terjadi gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami.

Salah satu inovasi terbaru adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat analisis data gempa. AI dapat membantu memperkirakan lokasi, kekuatan, dan potensi dampak gempa dengan lebih cepat dibanding metode konvensional. Selain itu, BMKG juga mengembangkan sistem peringatan dini berbasis SMS dan aplikasi mobile untuk memastikan informasi cepat diterima oleh masyarakat di daerah rawan.

Namun, teknologi saja tidak cukup. BMKG juga bekerja sama dengan pemerintah daerah, lembaga, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Latihan evakuasi, edukasi publik, dan penataan wilayah pesisir menjadi bagian dari upaya mitigasi.

Dengan teknologi peringatan dini yang canggih dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat, BMKG berharap dapat mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian material akibat bencana gempa megathrust dan tsunami. Ancaman ini nyata, namun kesiapsiagaan dan teknologi dapat menyelamatkan banyak nyawa.